Etika Surgawi/T ahbisan
Allah
Oleh : Pdt Peter BS/HM
Tahbisan adalah suatu etika atau tata cara surgawi yang
ditetapkan dan diresmikan Allah, dalam hal peribadatan. Tahbisan merupakan sistim birokrasi
surgawi yang tidak bisa ditinggalkan apabila seseorang ingin hidup dalam
lingkup kerajaan Allah. Dengan tahbisan yang benar seseorang akan memperoleh
hak dan kewenangan surgawi. Baik dalam hal mujijat, kuasa, berkat-berkat dan
segala macam fasilitas dan kemuliaan surgawi.
Tahbisan
juga merupakan suatu herarki surgawi, sistem pemerintahan surga yang tersalur
melalui ibadah Kristiani. Dan ini sangat perlu dipahami oleh orang Kristen
dewasa ini. Karena saat ini banyak orang yang menggebu beribadah, mengikuti
persekutuan/kebaktian di berbagai tempat, tetapi sama kurang bisa memahami
herarki kepemimpinan Allah.
Sebagai
suatu ilustrasi, misalnya seseorang ingin menghadap raja untuk meminta
pertolongan. Maka sebelumnya orang tersebut harus menempuh syarat-syarat
tertentu, dan permisi kepada
pejabat-pejabat kerajaan. Tidak boleh seseorang dengan sembarangan mengadap
sang raja.
TAHBISAN HAMBA ALLAH
Jika
berbicara mengenai kerajaan Allah, maka kita bukan membicarakan masalah
pemerintahan dunia, melainkan kita berbicara masalah ibadah. Sebab sistim
kepemimpinan Allah dinyatakan lewat ibadah.
Jika di
dunia ini kita mengenal adanya Raja, dan para pejabat kerajaan. Maka di dalam
kerajaan Surga, dalam sistim pemerintahan surgawi juga ada pejabat-pejabat
kerajaan. Dia, Allah memerintah sebagai Raja, kemudian Dia juga melantik
pejabat-pejabat kerajaan surga. Dan sekali lagi kalau kita berbicara masalah
Kerajaan Surga, berarti kita berbicara masalah ibadah. Karena pemerintahan
surgawi diwujudkan oleh Allah dalam satu cara yang disebut ibadah.
Dalam Al Kitab Allah mengangkat pejabat-pejabat kerajaan
surga, antara lain ;Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, dan Pengajar (guru).
Dan Ialah yang memberikan baik
rasul-rasul, maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil, maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlenglapi orang-orang kudus
bagi pekerjaan pelayanan bagi
pembangunan Tubuh Kristus. ( Efesus 4;11-12 )
Inilah lima
jabatan surgawi yang ditetapkan,dilantik dan ditahbis oleh Allah. Para pejabat
surgawi ini urusannya adalah penyelenggara ibadah, dan sebagai penyalur
aspirasi Allah. Kelima jabatan ini adalah jabatan-jabatan utama yang disandang
hamba-hamba Allah.
Lewat
pengertian tahbisan dan herarki surgawi ini, orang Kristen akan menjadi semakin
santun dalam beribadah. Jika seseorang
ingin menghadap Allah, ingin memohon sesuatu, maka sangat tepat kiranya orang
Kristen menghadap dahulu kepada para perjabat surga ini. Sebab kerajaan
Allah adalah kerajaan yang sangat tertib dan memiliki herarki kepemimpinan yang
jelas.
Dengan
memahami herarki surga ini, harkat dan martabat Hamba Allah akan terangkat. Dan
sebaliknya jemaat yang mau tertib dalam menempuh jalur birokrasi surgawi akan secepatnya mendapatkan pertolongan dan
jawaban dari Allah.
Seorang
Hamba Allah memiliki tanggung jawab penuh atas pelayanannya. Atas
terselenggaranya pemerintahan surgawi lewat satu cara yang namanya ibadah.
Pada jaman
Taurat digambarkan betapa tertibnya suasana kerajaan Allah yang diselenggarakan
lewat ibadah Bait Suci/Tabernakel. Setiap jemaat yang mendapat persoalan berat
atau ingin bertobat,atau ingin mempersembahlan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Allah, maka orang tersebut harus datang kepada imam. Dan imam itu akan
melayani jemaat dengan segala keperluan
dan hajatnya kepada Allah.
Demikian
pula pada jaman ini kegenapan/kesempurnaan dari gambaran yang dilukiskan lewat
ibadah secara Taurat tersebut, Allah juga melantik imam-imam Perjanjian Baru
dengan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar;
Karena kita sekarang mempunyai Imam
Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus , Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang
kita punya bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita denga penuh keberanian menghampiri
tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia
untuk mendapatkan pertolongan kita pada waktunya. ( Ibrani 4;14-16 )
Jadi untuk
datang kepada Allah ke tahta Kasih KaruniaNya kita memerlukan pelayanan imam.
Dan Allah menetapkan Yesus sebagai Imam Besar dan hamba-hambaNya sebagai
imam-imam kecil, seperti ditetapkan dalam Efesus 4;11-12.
Imam-imam
kecil atau para hamba Allah dengan kelima jabatan inilah yang senantiasa
berhadap-hadapan dengan umat Kristen secara langsung. Imam-imam inilah yang
memberikan pelayanan surgawi setiap kali menyelenggarakan ibadah.
Allah itu
sangat tertib dan tidak akan kacau dalam mengatur sistim pelayanan dalam
kerajaanNya. Allah akan menyerahkan amanat/wewenang kepada Imam Besar/Tuhan
Yesus. Dan Tuhan Yesus akan menyerahkan amanatNya kepada hamba-hamba Allah
lewat kelima jabatannya ( imam-imam kecil ), dan hamba Allah akan meneruskan
segala amanat yang diembannya kepada seluruh jemaat Kristen. Demikianlah sistim
kepemimpinan yang ditetapkan dan ditahbis oleh Allah.
Sebaliknya
bila jemaat Kristen menghadapi masalah atau menghendaki segala sesuatu maka
harus datang kepada imam ( hamba Allah ), dan dalam persekutuan ibadah imam
akan meneruskan beben-beben jemaat kepada Imam Besar Agung ( Yesus ). Dengan
begitu sampailah segala permasalahan kepada Allah.
Tetapi
kadang, karena kebodohan atau belum mengerti tahbisan, maka orang sembarangan
datang kepada Allah. Peranan imam atau hamba Allah yang keberadaannya
ditetapkan Allah, diabaikan oleh jemaat. Ini adalah suatu kesombongan rohani
yang seharusnya dihindarkan. Misalnya ada jemaat yang berkata ; “ ah , aku tanpa pelayanan Hamba Allah, aku
bisa datang sendiri kepada Allah..” dengan berbagai alasannya. Ini adalah
suatu pelecehan terhadap herarki surga. Dan Allah tidak akan berkenan, karena
Allah tidak pernah mengingkari sistim herarki kepemimpinanNya.
Allah
melantik dan mentahbis hamba-hambaNya itu dengan maksud supaya
hamba-hambaNya/para pejabat surga itu mengurusi keperluan jemaat Kristen. Dan
supaya jemaat-jemaat itu mau diurusi
oleh para pejabat surgawi tersebut. Ketertiban sistim kepemimpinan Allah ini
pernah dinyatakan dalam Kitab Nabi Amos;
Sungguh Tuhan Allah tidak berbuat
sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi ( Amos
3; 7 )
Dengan
demikian bisa dipahami mengapa hamba-hamba Allah yang tahbisannya benar dan
dilantik Allah itu selalu kaya dengan rahasia Firman Allah. Itu semua karena
Allah mempercayakan segala rahasia kepada hambaNya. Dia tidak akan melangkahi hambaNya yang telah
ditahbisnya. Kepada Hamba Allah yang berciri sedemikian hendaknya jemaat-jemaat
Kristen menghargainya, sebab padanya ada Kuasa dan amanat Allah. Dan jangan
sekali-kali melangkahi Hamba Allah
yang berkarakter dan berciri sedemikian.
Lewat bacaan
ini terbukalah rahasia para pejabat kerajaan surga ( Efesus 4;11-12 ). Baik para
pejabat yang benar maupun pejabat yang korup( nabi palsu ), akan terlihat lewat pengungkapan rahasia Firman ini.
Sudahkah
kita menghargai dan menempatkan seorang hamba Allah sebagai Pejabat Surga ?
ataukah yang terjadi sebaliknya?. Apabila terjadi pelecehan terhadap
Pejabat Kerajaan Surga, maka tentu saja
orang yang melecehkan akan berhadapan dengan kuasa Allah Yang Maha Dahsyat.
Karena seorang hamba Allah tidak membawa tentara lahiriah, tetapi yang
mengawalnya adalah tentara surgawi yang berwujud malaikat dan badai api kuasa
Allah.
Dan tentang malaikat-malaikat Ia
berkata ;” Yang membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan
pelayan-pelayanNya menjadi nyala api”( Ibrani 1;7 )
Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk
melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan ? ( Ibrami 1;14 )
Oleh karena
itu Rasul Paulus yang tahbisannya benar di hadapan Allah berani berkata keras
dihadapan jemaatnya, sekalipun secara tubuh Rasul Paulus tidak hadir.
Sebab aku sekalipun secara badani tidak
hadir, tetapi secara rohani, aku – sama seperti aku hadir – telah menjatuhkan
hukuman atas dia, yang telah melakukan hal semacam itu. ( 1 Korintus 5;3 )
Rasul Paulus pernah dilecehkan oleh jemaat Korintus (1
Korintus 4;6-21). Jemaat Korintus sombong terhadap Rasul Paulus. Merasa diri
hebat, bahkan seolah-olah tidak memerlukan pelayanan Rasul Paulus lagi. Sebagai
seorang Pejabat Kerajaan Surga Rasul
Paulus merasa dihinakan oleh jemaat Korintus. Akibatnya sebagai bukti jabatan
kerasulannya, dia mampu menggerakkan pasukan surgawi ( malaikat ) yang siap
memberikan hukuman kepada orang yang melecehkan Herarki Surga.
HAK JEMAAT UNTUK MENDAPAT PELAYANAN
Setelah
jemaat mampu bersikap dan menempatkan diri dalam Tahbisan yang benar, dan
menempatkan Hamba Allah pada kedudukannya maka jemaat akan mendapatkan hak-hak
istimewa. Mendapat kemudahan untuk menghadap hadirat Allah, mendapat kemudahan
untuk doa-doa dan permohonannya dikabulkan oleh Allah. Mendapatkan hak untuk
memperoleh mujijat kesembuhan, maupun mujijat-mujijat berkat.
Jemaat yang
berhasil menempetkan Hamba Allah pada posisi yang tepat adalah jemaat yang berhasil merendahkan diri
dibawah kepemimpinan Allah. Tentunya melalui korban perasaan, harga diri,
gengsi dan sebagainya yang memang terasa perih menurut perasaan daging sebagai
manusia. Tetapi ini pada hakekatnya adalah jalan kemuliaan dan jalan salib.
Dan sebagai
gantinya, Allah akan mencurahkan berkat yang luar biasa dan ajaib. Jemaat akan
dijadikan Domba Gembalaan Allah yang
berkelimpahan dan berkemenangan. Inilah janji Tuhan terhadap jemaat yang
berhasil merendahkan diri dalam herarki kepemimpinan Allah.
Tuhan adalah gembalaku ,takkan
kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Ia
membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku; Ia menuntun aku di
jalan yang benar oleh karena namaNya.. (
Mazmur 23; 1-6 )
Karena ketaatan dan kerendahan hati jemaat yang mau dipimpin
dalam sistim herarki surga ini, firman Tuhan melukiskan seperti domba yang taat
,tunduk,patuh terhadap kepemimpinan gembala. Kemudian sebagai ganti dari
ketaatan dan kepatuhannya itu domba akan mendapatkan kelimpahan ( ayat 1-2),
ketenangan batin ( ayat 3), perlindungan ( ayat 4), diberkati didepan musuh (
ayat 5 ), kebajikan dan kemurahan ( ayat 6).
Domba Allah adalah jemaat yang mau diurus atau dirawat oleh gembala (
Hamba Allah ). Domba yang tidak mau diurus atau dirawat oleh gembala adalah
domba liar yang akan sangat mudah
dibantai oleh serigala dan singa, oleh Iblis yang mengaum-aum mencari mangsa.
Sedangkan domba yang baik adalah domba yang taat pada herarki surga, yang
mendengarkan perkataan gembala, dan kepadanya Allah siap mencurahkan
berkat-berkat yang ajaib.
HAK PARA PEJABAT SURGAWI
Sekalipun
pekerjaan para hamba Tuhan itu sangat berat, bahkan kadang-kadang terasa hina
pada waktu perintisan, tetapi dibalik itu bagi orang-orang yang memahaminya
pekerjaan Tuhan adalah penuh kemuliaan. Hamba-hamba Allah yang benar-benar
melayani Tuhan akan disebut Pejabat Surgawi ,padanya penuh Kuasa dan Wibawa
Allah, dan orang tidak akan bisa sembarangan memperlakukannya.
Dahulu pada
jaman Taurat orang yang dikhususkan melayani pekerjaan Allah adalah Bani
Lewi. Suku Lewi harus meninggalkan
segala sesuatu yang bersifat duniawi, misalnya; pekerjaan, harta warisan dan
sebagainya, sementara itu orang Lewi memiliki profesi dan pekerjaan khusus
yaitu melayai Allah di Bait Suci. Karena pengorbanan yang besar inilah orang
Lewi mendapatkan hak istimewa dari Allah.
Kadang
terjadi pelecehan terhadap Hamba Tuhan/Pejabat Surga, karena orang tidak pernah
memahami penderitaan seorang Lewi/hamba
Tuhan / Pejabat Surgawi yang harus
meninggalkan segalanya; pekerjaan, kenikmatan-kenikmatan duniawi dan sepenuhnya
mengikuti Allah. Memberikan seluruh waktunya, tenaganya, pikirannya bahkan
harta dan segalanya untuk kemuliaan Tuhan.
Tetapi Allah
di dalam keagungan kerajaanNya menetapkan Lewi/ Hamba Allah menjadi Pejabat
KerajaanNya. Lewi tidak memiliki harta
pusaka warisan ditengah-tengah saudaranya. Tetapi orang Lewi mendapat warisan
Istimewa dari Allah;
Mengenai bani Lewi sesungguhnya aku
berikan kepada mereka segela persembahan persepuluhan di antara orang Israel
sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka,
pekerjaan pada Kemah Pertemuan. ( Bilangan 18;21 )
Lewi adalah
penghubung antara jemaat dangan Allah. Suatu pekerjaan pelayanan khusus kepada
Allah, sehingga Lewi tidak mendapat harta warisan dari kaum keluarganya.
Pekerjaannya semata-mata adalah Pelayanan di Bait Suci.
Kemudian
dalam Perjanjian Baru sekarang ini Lewi menunjuk kepada Hamba-hamba Allah yang
yang ditahbis secara khusus, dan pekerjaannya semata-mata melayani Tuhan.
Hamba-hamba Allah ini dalam Efesus 4; 11-12 dibedakan dalam lima jabatan ;
Rasul, Nabi, Penginjil, gembala dan Guru Injil. Lewat kelima jabatan ini Allah
melayani jemaatNya. Lewat kelima jabatan ini Allah mendirikan kerajaanNya didalam
ibadah.
Kelima
jabatan Hamba Allah inilah yang berhak menggunakan perbendaharaan yang
diperoleh lewat persembahan persepuluhan. Karena pada hakekatnya persembahan
persepuluhan itu adalah ;
1.
Tanda
dari orang yang mau tunduk/merendahkan diri dalam sistim kepemimpinan
Allah. Orang yang mengakui
kepemerintahan Allah yang terselenggara lewat ibadah.
2.
Tanda
bakti dari jemaat yang mau dirawat/diurus oleh Hamba Allah/ Pejabat Surga.
Laksana domba yang mau dirawat/diurus oleh gembala.
3.
Tanda
dari jemaat yang mempercayakan segala
permasalahan yang dihadapinya dan keselamatan kepada Allah, lewat pelayanan
Lewi yang diberi persembahan.
Kemudian untuk Hamba Tuhan
( Lewi ) yang diberi persembahan maka persepuluhan itu berarti;
1.
Tanggung-jawab
sepenuhnya untuk membimbing dan menjadi penyalur berkat bagi jemaat yang
memberikan perpuluhan.
2.
Tanggung-jawab
sepenuhnya atas keselamatan jiwa dari jemaat yang memberikan persepuluhan.
3.
Tanggung-jawab
sepenuhnya untuk mengatasi persoalan,problema yang dihadapi jemaat dengan
cara-cara ilahi.
Jadi persembahan persepuluhan itu mengandung makna herarki
yang sangat dalam. Yang didalamnya menyiratkan makna Kewajiban bagi jemaat dan
sekaligus merupakan Hak-hak yang harus diterima oleh Kerajaan Surga.
Dalam Kitab
Wahyu pasal 11, menceritakan ketika keadaan manusia-manusia akhir jaman yang
mulai melupakan persembahan persepuluhan. Imannya kanak-kanak, dan tidak
memahami herarki surga, maka Allah memberikan hukuman menghancurkan
sepersepuluh kota dan apa saja yang dibangun dari harta curian perbendaharaan
surga. Yaitu dari sepersepuluh yang sudah tidak pernah lagi diberikan kepada
Allah;
Pada waktu itu terjadilah gempa bumi
yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu roboh ,dan tujuh ribu orang
mati oleh gempa itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan
Allah di Surga. ( Wahyu 11;13 )
TAHBISAN KEHIDUPAN NIKAH SURGAWI
Seperti
telah dijelaskan didepan bahwa Tahbisan merupakan suatu aturan etika yang
berlakunya ditetapkan dan diresmikan oleh Allah. Maka yang disebut dengan tahbisan Nikah Surgawi adalah suatu
etika dalam hubungan nikah dan kekeluargaan menurut aturan Allah. Di jaman ini
banyak keluarga-keluarga Kristen yang
hidup menyimpang dari etika surgawi, sehingga menimbulkan banyak masalah. Tanpa
etika surgawi keluarga akan kacau, tidak memiliki tatanan, tanpa herarki dan
akibatnya suasana akan menjadi panas.
Hai isteri tunduklah kepada suamimu
seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri, sama seperti Kristus
adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana
jemaat tunduk kepada Kristus demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu. ( Efesus 5; 22-24 )
Dalam hidup
Nikah Surgawi, Allah telah meresmikan dan menetapkan suatu herarki supaya
tercipta ketertiban. Keluarga adalah suatu cermin kecil dari suatu pemerintahan
besar. Oleh karenanya, keluarga yang hidup dalam etika dan tahbisan yang benar
menurut pola surgawi adalah cermin dari kerajaan Allah ( Pemerintahan Surga ).
Seperti tertulis dalam Efesus 5 ; maka
seorang suami bagi isteri, dan bapak bagi anak- anak adalah seorang Raja dalam
suatu kerajaan kecil yang disebut Keluarga.
Kemudian isteri adalah orang terdekat dari suami adalah Permaisuri bagi
Raja. Kemudian anggota-anggota keluarga yang lain adalah Pejabat-pejabat yang
masing-masing memiliki tugas dan hak tersendiri.
Di dalam
kerajaan kecil yang disebut keluarga,Allah menghendaki supaya ada ciri dan
teladan Kerajaan Surga. Allah menghendaki keluarga-keluarga Kristen menjadi
miniatur dari Kerajaan Surga. Keluarga
menjadi Surga Kecil yang turun ke bumi seperti doa Tuhan Yesus;
Datanglah kerajaanMu ,jadilah
kehendakMu di bumi seperti di surga. ( Matius 6; 10 )
Agar kerajaan Keluarga bercirikan kerajaan Surga maka harus
ada herarki dan etika berkeluarga. Seorang Bapak atau suami adalah Sang Raja
yang patut untuk dilayani, dihormati. Namun dalam kedudukan ini dia juga
memikul tanggungjawab yang berat untuk keselamatan segenap anggota keluarga.
Mampu menjadi pelindung dan pengayom bagi keluarga.
Inilah
posisi sebagai suami menurut Efesus5; 22-33. Dalam keluarga ada pula isteri
yang berkedudukan sebagai Permaisuri. Dia juga memiliki hak dan tanggung jawab
khusus sebagai seorang permaisuri yang tidak bisa digantikan oleh orang lain.
Sementara itu ada juga anggota keluarga yang lain seperti ; anak, kakek, nenek
dan sebagainya. Dalam keluarga mereka juga memiliki hak dan tugas-tugas khusus,
yang kehadirannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Dan mereka juga adalah
pejabat-pejabat kerajaan Keluarga.
Masing-masing juga harus menempati tempatnya, sehingga ada rasa saling
menghormati, saling menghargai, sehingga tercipta herarki yang indah dan
tertib. Hargailah keluarga sebagai suatu Kerajaan ilahi, dengan suami sebagi
Raja, Isteri sebagi Permaisuri, dan yang lain sebagai pejabat-pejabat kerajaan.
Sehingga Terciptahlah suasana surga dalam kerajaan keluarga
Jadi
keluarga yang didambakan Allah adalah Keluarga yang berteladankan kerajaan
surga. Anggaplah anggota-anggota keluarga sebagai pejabat-pejabat kerajaan yang
semuanya patut untuk mendapatkan penghormatan dan hak-hak menurut posisinya
masing-masing.
TAHBISAN YANG RUSAK
Oleh karena muslihat Iblis, jaman sekarang banyak keluarga
yang hidup tanpa tahbisan. Hidup berkeluarga tidak menurut herarki dan etika Al
Kitab. Akhirnya keluarga rusak dan kacau bagaikan suasana neraka.
Ini semua
akibat dari posisi-posisi jabatan / tahbisan yang ditentukan Allah dikacaukan
dan dilanggar. Misalnya seorang isteri yang mengambil tenpatnya suami. Mungkin
dalam penglihatan sepintas, keluarga
semacam ini berjalan juga. Namun dibalik itu sesungguhnya keluarga itu
mengalami kegagalan, karena berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Mungkin
kejadian semacam ini terjadi karena alasan-alasan khusus. Alasan emansipasi
atau suami tidak mampu mengepalai keluarga, atau alasan-alasan lain yang
seolah-olah masuk akal, dan bagus. Tetapi menurut pandangan Allah apapun
alasannya ini adalah suatu kekacauan herarki, suatu kegagalan dalam menuruti
firman Allah.
Suasana
Kacau ini disebut pula sebagai suasana Babel, yang tidak mengenal etika surga.
Isteri mengambil tempat diatas, sementara itu yang kedudukannya sebagai kepala (suami) ditempatkan
dibawah. Ini suatu penjungkir-balikkan herarki, seperti yang ditulis dalam
Kitab Wahyu 17;1-6, mengenai “ Wanita Sundal Babel”.
“Mari ke sini , aku akan menunjukkan
kepadamu putusan atas pelacur besar yang duduk ditempat yang banyak airnya.
Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi
telah mabuk oleh anggur percabulannya”. Dalam Roh aku dibawanya ke padang
gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang, yang
merah ungu , yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai
tujuh kepala dan sepuluh tanduk. ( Wahyu 17;1-3 )
Teladan nikah/persekutuan “wanita sundal babel” adalah
kebalikan dari teladan nikah surgawi ( Efesus 5; 22-33 )
Dalam Nikah
Illahi maka, suami ada diposisi atas dan isteri menempati tempatnya dibagian
bawah, seperti halnya kepala diatas dan tubuh di bawah. Tetapi teladan nikah sundal babel ini terbalik. Wanita
sundal babel berada di atas dan antikris ( Binatang berkepala tujuh bertanduk
sepuluh ) berada di bawah.
Demikian
lembut tipu muslihat Iblis diakhir zaman untuk mengacaukan herarki Surga.Roh
babel yang mengacaukan tahbisan ini secara lembut bekerja mengacaukan
nikah-nikah manusia.
Pada
dasarnya Allah menciptakan manusia bukan untuk kekacauan melainkan untuk
menempati kedudukannya / tahbisannya masing – masing. Serta supaya manusia
memiliki hak-hak dan kemuliaan tertentu menurut kedudukannya tersebut.dan bila
ketentuan etika surga ini dilaksanakan sungguh merupakan sesuatu yang terindah
dalan hidup ini.
Kalau
misalkan ada orang yang melanggar etika surgawi ini, maka orang tersebut adalah
orang yang gagal membangun keluarga. Misalnya dalam suatu keluarga seorang
isteri mengambil posisi suaminya. Isteri manjadi raja dalam keluarga sementara
itu suami diperintah dan diperlakukan seperti seorang wanita dengan
tugas-tugasnya, suami tidak lagi dianggap sebagai kepala keluarga. Maka yang
akan terjadi adalah kakacauan. Orang tua
sudah gagal memberi teladan nikah surgawi kepada anak-anaknya. Selanjutnya
kedudukan Bapak akan terkucil dimata anak-anak. Dan ini merupakan pemicu
timbulnya tindakan-tindakan negatif dalam keluarga.
Karena
merasa tersingkir dari jabatan Raja
Keluarga maka seorang suami akan mudah melakukan tindakan-tindakan negatif
dalam berbagai hal. Demikian pula Sang Isteri yang over-tahbisan menempati jabatan suami sebagai raja keluarga akan
dengan mudah pula melakukan tindakan-tindakan negatif. Demikian pula anak-anak
yang terbiasa melihat teladan-teladan yang salah, akan terbawa arus dan menjadi
anak-anak yang tidak tahu etika.
Salah satu
sisi negatif dari penjungkir-balikkan tahbisan ini adalah timbulnya
kejahatan-kejahatan. Bila direnungkan ternyata sangat benyak kejahatan yang
terjadi karena kesalahan tahbisan. Misalnya banyaknya kejahatan yang dilakukan
oleh Kaum Adam ( laki-laki /para suami yang tersingkir ),oleh karena tempat
tempat pekerjaan setrategis Kaum Adam sudah diambil alih oleh kaum wanita. Dan
sekalipun ada kejahatan yang dilakukan oleh kaum wanita, itu relatif tidak
berbahaya dan akan lebih mudah diatasi. Ini jarang dilakukan penelitian, bahwa
banyaknya kedudukan setrategis Kaum Pria yang ditempati oleh kaum Wanita,
banyak mengakibatkan kejahatan.
KEKACAUAN TAHBISAN YANG MENYUSUP
DITENGAH-TENGAH GEREJA.
Di akhir
jaman kekacauan tahbisan tidak hanya
merusak keluarga-keluarga Kristen, tetapi juga bisa menyusup ditengah-tengah
komunitas yang lebih besar, misalnya persekutuan Gereja. Suatu persekutuan
Gereja apabila tidak memperhatikan tanda-tanda adanya kepemimpinan Allah bisa
terjerumus kepada peribadatan yang hampa dan tanpa penyertaan Kuasa Allah.
Di dalam
sauatu persekutuan gereja harus ada Tanda-tanda kepemimpinan Allah. Harus ada
Gembala yang diurapi, dan berbicara atas-nama Allah dan disertai Kuasa Allah.
Sehigga pelantikan jabatan Hamba Tuhan bukan datang dari manusia atau
organisasi,melainkan suatu mandat dari Allah yang dibuktikan dengan tanda-tanda
mujijat yang menyartai. Gembala bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan
peribadatan.
Juga harus
ada Penginjil, yang memiliki talenta khusus untuk menarik jiwa-jiwa datang dan
percaya kepada Kristus. Seorang Penginjil biasanya ditandai dengan penyertaan
mujijat kesembuhan dan lain-lain. Rasul adalah seorang yang diberikan talenta
dan Wahyu secara khusus untuk meletakkan dasar-dasar Pengajaran bagi seluruh
jemaat. Nabi adalah seorang yang diberi kemampuan Khusus untuk bisa menyelidik
seluruh keadaan rohani jemaat. Mengetahui bahwa seorang jemaat sedang terjatuh
dalam dosa atau tidak. Guru Injil juga
sangat dibutuhkan dalam Persekutuan Gereja. Yaitu Hamba Tuhan yang memiliki
talenta khusus untuk mendidik, dan mengajar.
Dan
Hamba-hamba Allah dengan jabatan-jabatan tersebut bahu-membahu membangun
jemaat. Dan Allah pasti memberikan suatu tanda untuk setiap Hamba yang
dilantikNya.
Hakekat
ibadah yang benar adalah suatu acara yang diadakan untuk memahami dan mengerti
kehendak Allah. Ibadah itu bukan untuk menuruti kemauan manusia, ibadah juga
bukan hiburan. Bahkan kadangkala orang harus ditegur keras dosa-dosanya saat
ibadah, dan itu adalah menyakitkan, namun kemudian akan berakibat baik.
Ibadah dalam
suatu persekutuan Gereja dinyatakan berhasil apabila didalam ibadah tersebut
Kehendak Allah dinyatakan. Dan ibadah dalam suatu persekutuan Gereja dinyatakan
tidak tepat sasaran, manakala dalam ibadah tersebut kehendak manusia lebih
menonjol.
Dalam Sistim
herarki yang tepat maka Seorang Hamba Allah dengan berani akan berkhotbah dan
menyatakan kebenaran. Tanpa adanya intervensi dari pihak manapun baik dari
suara daging, laporan jemaat dan berbagai macam informasi yang diterima sebelum
berkhotbah. Hamba Allah yang memiliki kemerdekaan dan keberanian menyatakan
Suara Roh Kudus adalah Hamba yang berhasil. Dari sinilah ibadah yang sejati
terjadi.
Sebaliknya
bila terjadi kesalahan herarki ada kalanya seorang pelayan Tuhan, terlalu
mendengarkan laporan-laporan orang, atau informasi-informasi sebelum
berkhotbah. Dan khotbahnya menjadi gagal karena tidak menyuarakan kehendak
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar